MUARA TEWEH/TABENGAN- Penyaluran liquefied petroleum gas (LPG) subsidi 3 kg tidak tepat sasaran dan harga yang mencekik selalu menjadi sorotan publik tanah air, tidak terkecuali di Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah.
Jargon LPG subsidi untuk masyarakat miskin menjadi isapan jempol belaka. Publik mungkin kerap bertanya, salahnya di mana? Kenapa bisa semahal ini? Mana subsidinya?.
Berkaitan dengan carut-marutnya penyaluran gas subsidi itu, awak media selama kurang lebih dua hari ini mendatangi sejumlah pangkalan dan pengecer di Kota Muara Teweh, Barut. Sejumlah kendala dikisahkan, mulai dari distribusi yang tak tentu, hingga harga yang tak wajar.
“Rp55 ribu pak harganya, ini saja sisa dua tabung. Kami ambil dari pangkalan saja bisa Rp37 sampai Rp40 ribu,” ujar salah seorang pengecer, di Jalan Merak, Kota Muara Teweh yang enggan menyebutkan namanya, Kamis (6/2).
Saat ditanya pangkalan mana dirinya membeli gas melon selama ini, pria berbaju biru itu tidak memberitahukannya.
Tak hanya di Jalan Merak, beberapa titik lain di Kota Muara Teweh seperti di Jalan Nenas, Jalan Pertiwi dan Jalan Penreh pun menjual dengan harga yang hampir sama, rata-rata Rp50 sampai Rp55 ribu.
Mencekiknya harga LPG subsidi tidak hanya di dalam kota Muara Teweh, di desa-desa justru lebih parah, harganya berkisar dari Rp55 ribu hingga Rp60 ribu.
“Rp60 ribu pak harganya, ini juga habis barangnya. Belum diantar orang lagi,” ujar salah seorang pemilik warung sembako di Desa Malawaken, Rabu (5/2).
Masih di luar kota, di Desa Trinsing, Kecamatan Teweh Selatan, seorang warga mengeluh, saat ini harga gas LPG subsidi sudah Rp60 ribu rupiah. Hal ini naik drastis dari minggu sebelumnya yang berkisar diharga Rp49ribu rupiah.
“Di Trinsing saat ini harga LPG 3 kg di pengecer 60 ribu, minggu lalu Rp49 ribu rupiah,” ujar Johan Kemidi kepada Tabengan.
Kelangkaan dan mahalnya gas subsidi di Barut bukan baru kali ini. Sorotan terhadap persoalan ini pun hampir setiap hari terdengar. Ada suara wakil rakyat yang lantang, namun tidak ada yang dengar. Ada kicauan-kicauan masyarakat yang mencibir, namun semuanya angin belaka, LPG tetap mahal dan langka.
Terhadap persoalan itu, beberapa hari lalu DPRD Barut menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan beberapa pihak terkait masalah kelangkaan gas melon, ada Disperindag dan juga para agen LPG.
Pada kesempatan tersebut Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Dewi Handayani, menyampaikan, sudah melakukan monitiring turun langsung ke lokasi agen dan pangkalan.
“Dari dari 146 jumlah pangkalan di Barut, 91 pangkalan aktif dan 55 pangkalan tidak aktif. Selain itu pihaknya juga belum mendapatkan informasi mengenai penyaluran LPG 3 kg, karena agen tidak memberikan data yang cukup ke kami,” ucap Dewi beberapa hari lalu.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Barut H Tajeri mengatakan, mahal dan langkanya LPG Subsidi dikarenakan distribusi yang salah sasaran.
“Ada orang mampu yang dapat, sehingga jatah masyarakat kurang mampu berkurang. Selain itu, distribusi tidak langsung ke masyarakat, tetapi ke pengecer, ini yang membuat harga mahal,” ujar Tajeri.
Menanggapi apa yang disampaikan Tajeri, Asisten II Setda Barut H Gazali mengatakan, persoalan LPG subsidi di Barut karena minimnya pengawasan dan tidak adanya ketegasan dalam penindakkan.
“Yang kita tekankan adalah perlunya ketegasan petugas dalam mengawasi harga LPG agar tetap stabil. Para pedagang yang memperoleh LPG bukan dari pangkalan resmi, yang perlu segera ditertibkan,” tegasnya.
Berdasarkan informasi media ini, saat ini Pemkab Barut sudah melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah pihak terkait persoalan mahal dan langkanya LPG Subsidi di Barut.
Pj Bupati Lamandau Pastikan Stok dan Harga LPG Aman
Sementara isu soal mahal dan langkanya gas LPG khususnya ukuran 3 kg dalam beberapa hari belakangan juga menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamandau.
Untuk memastikan hal tersebut, Penjabat (Pj) Bupati Lamandau Said Salim, bersama perwakilan unsur FKPD yang juga didampingi Kepala DKUKMPP setempat, Kamis (6/2) pagi, melakukan pemantauan LPG di sejumlah agen dan pangkalan LPG yang ada.
“Hari ini Pemkab Lamandau melaksanakan pemantauan ketersediaan dan harga LPG di beberapa agen dan pangkalan yang ada di Kabupaten Lamandau,” kata Said.
Dirinya juga menyebut, setidaknya terdapat empat agen yang melayani ratusan pangkalan yang ada di seluruh kecamatan di Kabupaten Lamandau.
“Pamantauan yang kami lakukan hari ini, untuk melihat kondisi stok yang ada dan juga harga yang diberikan kepada masyarakat, khususnya LPG ukuran 3 kg yang disubsidi pemerintah,” ujarnya.
Dari hasil pemantauan lapangan, stok atau ketersediaan gas LPG di Kabupaten Lamandau masih aman dan harganya juga sesuai dengan yang diberlakukan pemerintah atau sesuai dengan harga eceram tertinggi (HET) yang telah ditetapkan.
“Mudah-mudahan masyarakat bisa menjalankan aktivitas hariannya menggunakan gas LPG secara bijaksana,” harapnya.
Said juga memastikan, pemerintah akan terus memantau ketersediaan serta harga LPG di Kabupaten Lamandau, secara khusus LPG ukuran 3 kg, termasuk pada saat mendekati hari-hari besar keagamaan.
“Sebentar lagi memasuki bulan Ramadan, kita harapkan stok LPG di Kabupaten Lamandau tetap aman dan harganya juga terkendali, sehingga tidak membebani masyarakat,” tandasnya.
Untuk diketahui, HET LPG ukuran 3 kg di tingkat pangkalan, saat ini diangka Rp25.000,- per tabung. HET tersebut telah sesuai dengan yang telah ditetapkan pemerintah. c-old/c-kar