PALANGKA RAYA/tabengan.co.id- Penolakan terhadap organisasi masyarakat (ormas) seperti Front Pembela Islam (FPI) dan ormas radikal terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Kalimantan Tengah (Kalteng). Khusus FPI, sejak awal sudah tidak diterima di Kalteng yang sangat dikenal akan kerukunan dalam keberagamannya.
Kerukunan dalam keberagaman inilah yang melahirkan slogan Kalteng sebagai Bumi Tambun Bungai Bumi Pancasila. Di Kalteng, tidak saja FPI yang ditolak, tapi juga semua jenis ormas yang berpaham radikal dan bertentangan dengan Pancasila. Penolakan di Kalteng dilakukan dengan menggelar aksi damai di kawasan Bundara Besar Palangka Raya, Rabu (25/11/2020).
Koordinator Aksi Damai Yonatan Rin dalam orasinya menegaskan, Indonesia khususnya Kalteng sangat mendambakan kedamaian, kerukunan dan saling menghormati. Kerukunan itu terwujud dengan tidak adanya perdebatan terkait suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) di Kalteng. Siapa saja yang datang dan berusaha di Kalteng dengan menjunjung falsafah Huma Betang, diterima dengan tangan terbuka.
“Kita atas nama seluruh masyarakat Kalteng menolak keberadaan FPI di Kalteng dan Indonesia. Tidak saja FPI, seluruh ormas yang radikal dan bertentangan dengan Pancasila. Kita juga mendukung langkah pihak aparat dalam menindak tegas setiap perbuatan ormas yang merusak bangsa ini. Masyarakat Kalteng hidup dengan aman dan damai, jangan diusik dengan sikap intoleran,” kata Yonatan.
“Kami tidak mencari masalah, tapi jangan cari masalah dengan kami. Sekarang ini Kalteng sudah sangat aman dan damai, tidak memerlukan ormas seperti FPI ataupun ormas radikal dan bertentangan dengan Pancasila. Kita tidak jual sehingga orang beli, tapi bila orang jual kita siap beli,” tambah Yonatan.
Terpisah, Eda Stefanus Lalu menegaskan, aksi damai dibarengi dengan sejumlah atraksi. Atraksi ini bukan untuk pamer, tapi memberikan pesan agar ormas seperti FPI dan ormas berpaham radikal jangan berani-berani hadir di Kalteng, dengan tegas ditolak. Segenap kemampuan yang ada dikerahkan untuk membubarkan ormas radikal dan bertentangan dengan Pancasila.
Aksi damai dilakukan dengan mendapat pengawalan dari pihak kepolisian. Para peserta aksi damai menggunakan ikat kepala berwarna merah dan membawa mandau, senjata khas masyarakat Dayak. Arus lalu lintas berjalan dengan normal, sebab para peserta aksi damai berharap apa yang dilakukan ini diperhatikan masyarakat dan menumbuhkan perasaan yang sama, yakni menolak FPI dan ormas radikal di Kalteng.ded