PALANGKA RAYA/tabengan.com – Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng dan Forum Masyarakat Adat Dayak (Formad) Kalteng menolak rencana pembentukan Komunitas 212 di Sampit. Rencananya, komunitas itu akan dibentuk di Gedung Wanita Jalan A Yani, Sampit, Minggu (11/2).
Ketua Harian Wilayah DAD Kalteng Dr Mambang I Tubil meminta agar pembentukan pengurus Komunitas 212 di Sampit dibatalkan. Pembentukan kepengurusan komunitas itu, menurut DAD, bisa merusak kerukunan umat beragama dan keragaman yang sudah terbina baik di Kalteng.
“Dengan filosofi huma betang yang sudah menjadi pedoman hidup di Kalteng, kerukunan di Bumi Pancasila ini jangan dirusak dengan masuknya organisasi dari luar untuk kepentingan tertentu,” kata Mambang, Jumat (9/2).
Mambang mengimbau aparat kepolisian dapat mengambil tindakan tegas membatalkan pembetukan Komunitas 212 dimaksud, sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. “Kita tegas menolak,” kata Mambang.
Terpisah, Formad Kalteng mengadakan jumpa pers pernyataan sikap atas isu itu. Ketua Formad Kalteng Bachtiar Effendi mengatakan, sikap tersebut diambil setelah mendapatkan selebaran undangan pembentukan Komunitas 212, yang dinilai bisa menganggu keharmonisan yang sudah tercipta selama ini.
“Suasana keharmonisan di Kalteng ini sangat bagus. Kalau ada hal-hal yang kita nilai pada akhirnya akan menimbulkan permasalahan yang seharusnya tidak perlu, Formad mengambil bagian untuk (mengatasi masalah) itu,” kata Bachtiar, didampingi Warda Rocky M Dahan, wakil komandan Barisan Pertahanan Pemuda Dayak, Jumat (9/2) malam di Sekretariat Formad Kalteng.
Menurut Bachtiar, semua orang tahu sepak terjang komunias yang menamakan diri Alumni 212 di Jakarta. “Masalah 212 ini biar saja terjadi di Jakarta, jangan sampai masuk ke Kalteng,” kata dia.
Bachtiar mengkhawatirkan terjadinya gesekan sosial karena kehadiran komunitas tersebut. Apalagi Kalteng akan melaksanakan pilkada di 11 kabupaten/kota. Ia meminta pemerintah daerah tidak memberikan izin pembentukan komunitas tersebut, dan mencegah agar tidak sampai terbentuk.
Ia menegaskan, penolakan terhadap komunitas ini tidak terkait masalah agama. Formad, kata dia, berbicara atas nama semua golongan dan agama di Kalteng.
“Jangan dikonotasikan karena 212 ini identik (gerakan) muslim, lalu kita membenci, tidak seperti itu. Kita ingin kondisi stabilitas di daerah ini berjalan seperti yang sudah berlaku, dan ke depan kita harapkan tetap seperti itu,” kata dia.
Sebelumnya, Formad Kalteng juga menentang keras pembentukan Dayak Melayu di Kalteng, begitu juga dengan pembentukan FPI di Kotawaringin Barat. Bachtiar ingin kondisi Kalteng yang sudah kondusif ini tidak terganggu, dan tidak merusak Huma Betang. yml