Dewan Usulkan Beasiswa SMA hingga S2

Hj Sri Neni Trianawaty – Hj Siti Nafsiah

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Banyaknya persoalan pendidikan yang terkendala ekonomi hingga para pelajar SMA/SMK karena keterbatasan biaya tidak mampu melanjutkan pendidikan, menjadi perhatian DPRD Kalteng. Terkait itu, Komisi III yang membidangi pendidikan berencana mengusulkan anggaran pendidikan untuk bantuan beasiswa SMA/SMK hingga kuliah ke jenjang Strata 2 (S2).

Menurut Anggota Komisi III Hj Sri Neni Trianawaty, persoalan pendidikan sendiri merupakan hal yang wajib apabila memiliki kemampuan. Sayangnya, memang masih banyak siswa yang putus sekolah atau pendidikannya di jenjang SMA karena masalah keterbatasan biaya untuk melanjutkan ke perkuliahan.

“Ini sangat disayangkan, karena para siswa ataupun generasi muda ini merupakan penerus pembangunan di daerah, maka mereka-mereka ini yang mesti mendapat dukungan agar bisa hadir pada pendidikan yang lebih tinggi,” katanya, di DPRD Kalteng, baru-baru ini.

Intinya adalah para generasi muda merupakan aset pembangunan daerah. Sebagai generasi penerus bangsa wajib berpengetahuan dan pengalaman yang sangat luas. Maka, dengan bisa mengenyam pendidikan hingga kuliah, jelas berdampak pada bertambahnya pengalaman maupun pengetahuan yang lebih.

Dikatkan, pihaknya berencana mengusulkan anggaran pendidikan beasiswa untuk kuliah hingga S2 di tahun anggaran 2024 mendatang. Apalagi, Komisi III DPRD Kalteng sendiri memiliki 11 mitra yang salah satunya ada di sektor pendidikan.

“Nanti di tahun anggaran 2024 mendatang, kami juga mengusulkan anggaran pendidikan beasiswa bagi program S2, ini khusus untuk mahasiswa yang memiliki keterbatasan biaya, namun punya keinginan lanjut ke pendidikan tahap selanjutnya,” jelas wakil rakyat dari Dapil IV yang meliputi Barsel, Bartim, Barut dan Murung Raya tersebut.

Sebelumnya, Ketua Komisi III DPRD Kalteng Hj Siti Nafsiah menuturkan, di Kalteng sendiri saat ini masih banyak anak-anak dari masyarakat yang mendambakan keinginan untuk bersekolah atau berkuliah, khususnya di pelosok pedesaan. Hal ini kerap menjadi aspirasi, ketika dirinya atau jajaran lain menggelar kunjungan maupun reses, baik perkelompok atau perseorangan.

Diceritakannya, anak-anak yang memiliki keinginan kuat untuk bersekolah atau berkuliah tersebut terkendala biaya, sehingga ada yang putus sekolah atau tidak mampu lagi melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Akan sangat disayangkan apabila persoalan semacam ini tidak mendapat tindak lanjut positif, dalam upaya menunjang pendidikan anak-anak di pelosok pedesaan. Ironisnya keinginan tersebut terkadang kandas, bahkan terkendala faktor ekonomi yang mendera sebagian masyarakatnya, dalam memperoleh pendidikan,” pungkasnya. drn